Senin, 18 Mei 2015

Senioritas-Salam SMA di Jepang : Toyama Kousen

Berbicara tentang senioritas dan salam, dimana pun sepertinya ada ya, baik di Indonesia mau pun di Jepang. Walau pun bentuknya bisa jadi berbeda beda. Pengalaman di Indonesia, biasa kita kenal sejak masuk SMP, sudah ada yang namanya ospek atau mos masa orientasi siswa (atau sekolah?). Sekarang saya sedang tidak bahas plus minus mos, tapi tentang senioritas dan salam, jadi hal yang lain dikesampingkan.

Di mos, biasanya kita dimarah marahin sama kakak kelas, dicariin kakak kelasnya untuk minta tanda tangan di nametagnya supaya ga kena hukuman, serasa adek kelas adalah orang yang terlihat banyak disuruh dan kakak kelas adalah raja. Hal ini juga berlaku di sma. Mau alasannya apapun, setidaknya ada acara marah marah dan seakan akan kakak kelas adalah penegak hukum dan tidak pernah salah dan sebaliknya.

Apa bentuk senioritas yang saya alami bersekolah SMA di Jepang? Karena baru berjalan 1 bulan lebih, jadi mungkin belum menyeluruh. Kalau di tempat saya, adik kelas disuruh melucu dan stand up comedy ala Jepang tentang kakak kelas yang menjadi teman dekatnya. Seru sih, buat guyonan kakak kelas, tapi mungkin di Indonesia hal ini dianggap kasar. Selain itu, kalau ada makan makan penyambutan, yang mentraktir adalah kakak kelasnya.

Selain itu, di Jepang sama seperti di Indonesia, adik kelas atau yang muda harus mengucapkan salam duluan ke kakak kelas atau yang tua. Bedanya adalah, kalau di Jepang, mengucapkan salamnya dengan suara yang keras dan lantang seperti teriak, berbeda dengan di Indonesia yang menganut budaya tidak boleh meninggikan suara atau teriak kepada kakak atau yang lebih tua. Terkadang saya terganggu dengan hal ini, saya sedang ke wc, keluar kamar mandi, masuk dapur, lewat koridor, apabila ter'tangkap' mata kouhai, pasti saja diteriaki 'ohayou' (selamat pagi), konniciwa, 'konbanwa' (selamat malam). Menurut mereka mungkin bagus ya, tapi bagi saya pribadi agak mengganggu, apalagi sampai malam2 menjelang jam 11, masih saja suara konbanwa menggema dimana2 dalam asrama. Ini subyektif pribadi sih.

Berbeda lagi dengan di Indonesia, tepatnya di sekolah tempat saya menimba ilmu, MAN IC Serpong. Disini, karena kita mengadopsi lingkungan yang islami, setiap bertemu kita terbiasa dan 'harus' mengucapkan salam 'Assalamualaikum'. Yang berbedanya adalah, salah satu hal yang mengganggu atau membuat agak bingung adalah terkadang adik kelas mengucapkan salamnya dengan sayup sayup terbawa angin, seperti bisik2, jadi kurang jelas terdengar. Karena budaya kita merendahkan suara, sampai sampai terkadang ingin sopan, tapi jadi kurang tersampaikan jadinya.

Oke, sekian saja random opini dan pengamatan dari saya. Sekian.

0 comments:

Posting Komentar

 
;