Minggu, 23 Juni 2013 0 comments

Quotes from Ibnul Qayyim Al-Jauziyah

Ibnu Qayyim pernah menuliskan syair :

Suatu hal yang lebih mengherankan, yaitu bahwa pandangan yang dilakukan oleh seseorang itu merupakan anak panah yang tidak pernah mengena pada sasaran yang dipandang, sementara anak panah iu benar-benar mengena di hati orang yang memandang.
Suatu hal yang lebih mengherankan lagi, yaitu bahwa satu pandangan (padahal yang dilarang) itu dapat melukai hati dan (dengan pandangan yang baru) berarti dia menoreh luka baru di atas luka lama; namun ternyata derita yang ditimbulkan oleh luka-luka itu tak mencegahnya untuk kembali terus-menerus melukainya.

(Al-Jawabul Kaafi Liman Sa'ala 'an Ad-Dawaa'AsySyafi, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah)
0 comments

[HIKMAH] Kisah Unik Setelah Perang Khaibar

Assalamualaikum wr.wb.
pembaca dan teman" yang budiman :)

Sudah lama banget saya ga buat tulisan/notes di FB, sekarang saya sekedar iseng mau sharing sama kalian dan menuliskan kembali cerita yang pernah saya baca di suatu majalah Islam, cerita tentang
Sehelai Ikat Kepala dan Sebutir Marjan.

begini ceritanya :

Adalah Farwah, salah seorang prajurit kaum Muslimin saat itu, Karena panas yang terik, ia memungut sehelai kain lalu mengikatkan ke kepalanya, sekadar untuk meneduhi tubuhnya dari sengatan matahari.

Melihat hal itu, Rasulullah saw. segera bersabda," Ikat kepala itu dari api, kamu ikatkan pada kepalamu."

Mendengar hal iru, ia langsung melepas kain itu. Jika dipertahankan, berarti ia telah berlaku curang, mengambil bagian dari harta rampasan perang yang belum dibagikan. Ia telah melakukan pelanggaran meski hanya mengambil sehelai kain untuk ikat kepala.

Pelanggaran lainnya dilakukan oleh seorang laki-laki dari Asyja'. Ia tewas di medan perang. Namun Rasulullah saw tak berkenan menshalatkan mayatnya. Alasan beliau, "Sesungguhnya temanmu ini telah berbuat curang di jalan Allah."

Ternyata benar. Di antara barang-barang miliknya, didapati sebutir marjan yang harganya tak sampai 2 dirham!

Hikmah di balik kisah

Kisah yang mengenai Farwah yang ditegur oleh Rasulullah saw, ia langsung melepaskan ikat kepalanya. Padahal, jika kita renungkan, apalah arti sebuah ikat kepala. Namun yang paling penting bukan nominalnya tapi hakikat dari perbuatan itu. Farwah dianggap mencuri karena memanfaatkan milik umum untuk kepentingan sendiri.

Ikat kepala itu masih menjadi milik umum. Bukan milik Farwah secara pribadi. Dan, memanfaatkan milik umum untuk kepentingan pribadi jelas terlarang. Meski hanya sekedar selembar ikat kepala untuk melindungi dari teriknya matahari.

Terhadap Asyja' yang mengambil sebutir marjan, Nabi saw juga tak berkenan menshalatkannya hanya karena kecurangan tidak seberapa. Ini pelajaran yang jelas mengenai mencuri meskipun sedikit, itu tak boleh, apalagi banyak/bermilyar-milyar.

Sikap tegas ini penting. Jika pelanggaran meskipun kecil, dipertahankan, lama kelamaan akan terbiasa. Justru dengan pembiaran pelanggaran inilah musuh bisa mengalahkan kita.

Jika saja laki-laki yang mencuri sebutir marjan itu dibiarkan dan tak ada tindakan tegas, maka bisa jadi teman-temannya yang lainnya melakukan hal yang sama. Begitu juga dengan kisahnya Farwah apabila dibiarkan. Pelanggaran-pelanggaran itu memang kecil jika dibandingkan dengan kondisi kamu Muslimin kala itu. Secara materi, dicuri atau hilangnya sebutir marjan dan sehelai ikat kepala, tidak akan membuat umat Islam bangkrut. Harta rampasan mereka banyak. Namun pelanggaran kecil, jika dibiarkan akan menjadi besar. Kalau sudah besar maka sulit diatasi. Seperti api, jika ingin memadamkannya, janganlah menunggu kobarannya besar, tapi padamkanlah selagi masih kecil apinya.

Semoga bermanfaat dan bisa juga dishare ke yang lain :)
Syukron Jazakumullah khairan.
 
;